Perempuan Muslim yang memilih mengenakan burqa yang menutupi wajah, sebaiknya diberi hak untuk melakukan apa yang mereka sukai, kata menteri urusan multikultural Victoria, Nick Kotsiras.
Nick Kotsiras juga memuji masyarakat Sudan yang telah datang di bawah pengawasan pasca terjadinya aksi kerusuhan jalanan setelah kontes kecantikan bulan lalu. ”Kita tidak punya masalah dengan warga Sudan di Australia – atau di Melbourne. Ada 8.000 warga Sudan yang tinggal di Victoria, mayoritas adalah pekerja keras, warga negara yang taat hukum,” katanya kepada The Age.
Dalam mempertahankan semangat keragaman budaya, Kotsiras mengatakan insiden kekerasan bukan contoh disharmoni sosial yang dibawa oleh pendatang baru dari Afrika. Dan mereka yang melanggar hukum tetap harus dihukum,”Anda tidak bisa mengatakan itu semua kesalahan masyarakat komunitas tertentu.
Terkait debat internasional tentang pelarangan burqa, yang diambil oleh beberapa rekan federal koalisinya, Kotsiras berkata:”Jika seseorang ingin memakai burqa, maka mereka harus diizinkan untuk mengenakan burqa. Saya tidak percaya bahwa seseorang harus dipaksa untuk memakai setiap item tertentu dari sebuah pakaian, tapi itu semua ada dalam budaya. Jika seseorang ingin memakai burqa, saya tidak melihat adanya masalah dalam hal itu.”
Kotsiras, yang tiba di Australia sebagai anak seorang migran dari Yunani pada awal tahun 1960, mengakui bahwa semua gelombang pendatang baru ke Australia menghadapi tantangan yang berkaitan dengan isu-isu seperti pekerjaan dan aksi pemuda.
Tapi ia berharap inisiatif dalam anggaran negara untuk sebuah unit baru di Departemennya diharapkan bisa membantu mengkoordinasikan kebijakan untuk pengungsi baru dan migran antar pemerintah daerah, negara bagian dan federal sehingga akan mengidentifikasi kesenjangan layanan.
”Kami membuka tangan kami untuk pendatang baru tetapi sekarang ini adalah tentang bagaimana membantu mereka menetap di negara baru,” kata Kotsiras, yang juga Menteri Kewarganegaraan.(fq/theage)