Menlu Mesir, Ahmad Abu Al-Ghaith mengakui bahwa Mesir menghalang-halangi usaha Qatar menyelenggarakan KTT Darurat untuk Gaza yang diadakan pada awal bulan Januari kemarin. "Jika KTT tersebut terselenggara, maka akan mengancam kerjasama antar negara-negara Arab," jelas Ghaith dalam wawancaranya dengan Channel TV Orbit hari Rabu (28/01) lalu. "Ketika KTT Arab telah memenuhi quorum, maka keputusan yang dihasilkan akan mengancam kerjasama negara-negara Arab. Kami melihat apa yang tidak dilihat orang lain," paparnya lagi memastikan sisi negatif KTT Doha.
Statemen ini adalah pengakuan pertama kali dari Mesir, bahwa pihaknya telah berusaha menghalangi terselenggaranya KTT Darurat di Doha, 16 Januari 2009. Ungkapan itu juga menjelaskan bahwa pertemuan yang diadakan pada KTT Kuwait pekan lalu, antara Mesir dan Arab Saudi yang mempertemukan Suriah dan Qatar juga tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan.
Terkait dengan perselisihan tentang hasil akhir KTT Kuwait, Abu Al-Ghaith mengatakan, "Qatar mengajukan kertas yang tertulis bahwa KTT mendukungan keputusan positif Doha, dan saya menolaknya." Ia juga menambahkan, "Saya duduk bersama dengan Menllu Qatar. Saya katakan padanya kalau KTT yang diselenggarakan di Qatar tidak resmi, maka saya tidak akan pernah menaatinya." Ketika menolak menyetujui permohonan Qatar, Ghaith mengeluarkan statemen yang kurang sopan, "Saya adalah Menlu Mesir. Ketika Mesir berkata tidak maka selamanya tidak."
Beberapa diplomat pun angkat bicara. Mereka mengatakan bahwa Mesir merasa disakiti oleh Qatar, mengingat posisinya yang strategis di dunia Arab. Selain itu Mesir juga sangat membenci pemberitaan Channel Al-Jazeera yang berpusat di Doha milik pemerintahan Qatar. Kemudian ia mengutip perkataan Abu Al-Ghait, "Mereka (koresponden) memotret saya di DK PBB ketika saya sedang menguap, karena bekerja selama 36 jam tanpa tidur."
Adapun kunjungan Menlu Israel, Tzippi Livni di Mesir ketika agresi Israel ke Gaza, Ghaith mengatakan bahwa kami di Mesir sepakat mengundang Livni untuk mendamaikan kondisi perang dan mempersiapkan dialog dengan Hamas agar menghentikan serangan roketnya. Ketika Livni datang, dirinya meminta untuk bertemu empat mata dengan presiden. Mereka berdua berbicara agar kondisi tidak semakin meruncing. Ia duduk dengan presiden hanya 10 menit, kemudian kami bergabung dengan mereka. Beberapa saat setelah itu Livni Keluar menghadiri konferensi pers dan kami katakan bahwa Mesir dituntut untuk menahan diri. (SN/PIC)