Sejumlah gereja kini dengan mudah terlihat di negara-negara kawasan Teluk, seiring dengan kelonggaran yang diberikan negara-negara itu terhadap toleransi antar umat beragama meski jumlah umat Kristiani di kawasan Teluk jumlahnya hanya sedikit.
Di Bahrain misalnya, negara ini hanya memiliki seribu warga negaranya yang menganut Kristen, namun jumlah gereja terus bertambah sejak berdirinya gereja pertama pada tahun 1906, yang dibangun oleh misionaris dari gereja Anglikan Amerika. Sekretaris Gereja Anglikan di Bahrain, Yussef Haidar mengatakan, selain warga Kristen Arab, jamaah gereja kebanyakan umat Kristiani asal Asia dan warga negara asing yang sedang menetap di negara itu.
Menjamurnya gereja-gereja juga terjadi di Kuwait, Oman dan Uni Emirat Arab kecuali Arab Saudi yang masih melarang pembangunan tempat ibadah non-Muslim di negaranya. Qatar termasuk negara yang mulai membolehkan berdirinya gereja. Gereja pertama di Qatar yang baru diresmikan 14 Maret lalu adalah Gereja Katolik Roma St. Mary. Setelah gereja ini, empat gereja lainnya akan dibangun di Qatar.
Sementara di Kuwait, sudah berdiri sekitar 10 gereja untuk melayani sekitar 350-400 ribu umat Kristiani yang kebanyakan berasal dari India, Philupina, Mesir, Libanon dan negara-negara Barat. Pemerintah Kuwait mengizinkan pembangunan gereja untuk mengakomodir keluhan warga Kristen di negaranya yang tidak memiliki tempat ibadah resmi, dan selama ini kerap menjadikan rumah pribadi sebagai tempat ibadah mereka.
Di Oman, tiga gereja yang berlokasi di Muscat, Sohar dan Salalah, malah dibangun atas donasi Sultan Oman, Sultan Qaboos. Menurut Sultan Qaboos, toleransi antar umat beragama sudah menjadi tradisi yang sejak lama hidup di Oman. Alasan toleransi antar umat bergama, menjadi alasan utama pemerintah negara-negara Teluk mengizinkan pembangunan gereja. Satu hal yang patut dibanggakan dari negara-negara Muslim, yang begitu toleran dengan penganut agama lain sementara umat Islam yang tinggal di negara-negara Barat masih mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dan jauh dari sikap toleransi. (ln/iol)