Lembaga antirasis di Austria, ZARA menyatakan, kasus muslimah berjilbab yang menjadi korban serangan bernuansa rasial di negara itu semakin meningkat.
Dalam laporan yang dirilis pekan ini, ZARA mencatat 745 kasus serangan bernuansa rasial yang terjadi di Austria sepanjang tahun 2010. Kebanyakan adalah kasus serangan secara verbal pada para muslimah yang mengenakan jilbab.
Lembaga itu juga menyatakan, para muslimah di Austria masih susah mendapatkan pekerjaan jika mereka tidak mau melepas jilbabnya selama jam kerja. Namun menurut ZARA, situasi ini bukan karena kecenderungan rasial di kalangan penguasaha atau perusahaan, tapi karena kekhawatiran mereka akan kehilangan klien atau pelanggan jika melihat pengusaha atau perusahaan bersangkutan mempekerjakan pegawai perempuan berjilbab. Saat ini, terdapat 500.000 warga Muslim dari 8,5 juta total penduduk Austria.
Dalam laporannya ZARA juga mengungkap aspek penting terkait kasus-kasus serangan bernuansa rasial yang terjadi di Austria sepanjang tahun 2010, dimana mereka sering menemukan status-status atau tulisan yang diunggah lewat jejaring sosial, yang memicu kebencian rasial. ZARA sulit untuk menindaklanjuti kasus ini, karena si penulisnya kebanyakan anonim, dan menghapus status atau artikel tersebut setelah dibaca oleh banyak orang.
Menurut ZARA, komunitas Afro-Amerika, komunitas Muslim dan komunitas Yahudi, adalah kelompok masyarakat minoritas di Austria yang kerap menjadi sasaran serangan bernuansa rasial. Lembaga itu mengkritik aparat kepolisian Austria yang sering menginterogasi dan menanyakan kartu identitas warga minoritas hanya karena melihat latar belakang etnis dan warga kulit mereka.
Sebelum ZARA merilis laporannya, sebuah survei di Austria menunjukkan bahwa satu dari lima warga Austria menilai etnik minoritas perlu perlindungan ekstra. Dari survei yang dilakukan oleh lembaga riset Karmasin, juga diketahui bahwa dua dari 10 orang Austria menilai perlindungan ekstra juga perlu diberikan pada kaum migran dan para pencari suaka. Sementara 13 persen responden yang disurvei menyatakan bahwa kelompok agama minoritas perlu mendapat perlindungan ekstra dari negara.
Di sisi lain, menurut hasil survei Karmasin, sekitar 49 persen responden berpendapat bahwa pencari suaka "umumnya bukan orang-orang yang jujur", dan 53 persen responden setuju dengan klaim bahwa orang-orang yang mengajukan permohonan suaka di Austria "lebih kriminal dibandingkan dengan komunitas warga minoritas lainnya." (ln/AustrianTimes)