Pemerintah China Larang Muslim Uighur untuk Sholat di Masjid

Kekejaman dan diskriminasi yang dilakukan oleh rejim pemerintahan China terus berlanjut, setelah beberapa waktu kemarin banyak warga Muslim etnis Uighur yang tewas akibat bentrokan dengan etnis Han, pemerintah juga melakukan pelarangan bagi warga etnis Muslim Uighur untuk sholat di dalam masjid sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

"Masyarakat datang ke masjid untuk sholat namun semuanya harus kembali pulang dan melakukan sholat dirumah saja. Terima kasih atas kerja samanya," kata seorang penjaga yang menjaga di depan pintu masjid Qinghai di distrik Tianshan.

Umat Islam berkumpul untuk sholat di masjid namun harus kecewa, bahkan marah, jika mereka tidak diijinkan untuk melakukannya di dalam masjid.

"Kami masih tidak tahu apakah besok kami masih dapat masuk ke masjid untuk sholat," kata Bai Ping seorang etnis Han yang telah masuk Islam.

Pelarangan itu datang setelah pemerintah polisi China menahan 1434 etnis muslim Uighur dua hari setelah terbunuhnya 156 demonstran dan melukai lebih dari 1000 orang sejak etnis Muslim Uighur memulai demonstrasi di pusat kota Urumqi.

Serangan terhadap pekerja etnis Uighur di sebuah asrama dari pabrik mainan di China selatan provinsi Guandong oleh etnis Han, menewaskan dua orang dan melukai 118 orang sehingga menimbulkan aksi massa.

Belum ada kejelasan apakah masjid juga akan ditutup pada hari Jumat ini di Urumqi, sewaktu akan pelaksanaan sholat Jumat.

Hukuman Mati

Pada hari Kamis kemarin, ribuan pasukan pemerintah China melakukan penjagaan di jalan-jalan yang ada di kota Urumqi, ibu kota dari Turkistan Timur.

Helikopter terbang berkeliling beberapa meter dari atas atas-atap rumah penduduk sambil menyebarkan liflet propaganda, mendesak supaya kedua etnis yang berseteru untuk bersatu. Sementara itu pasukan keamanan dengan bersenjata lengkap dan tameng juga ikut berjaga di dalam truk-truk tentara.

Pemerintah rejim komunis China mengganti nama wilayah tersebut menjadi ‘Xinjiang’ pada tahun 1955, dan secara resmi menyebut wilayat itu dengan nama ‘wilayah otonomi Uighur Xinjiang’.

Presiden China Hu Jintao, yang sedang mengikuti acara pertemuan G8 di Italia, mengatakan bahwa menjaga stabilitas sosial keamanan di daerah yang kaya-energi tersebut adalah "tugas paling mendesak," seperti dilaporkan stasiun televisi negara pada Kamis kemarin.

Li Zhi pimpinan dari partai Komunis China di Urumqi mengatakan bahwa dia akan menghukum mati bagai para perusuh yang melakukan pembunuhan di kota yang terbagi menjadi dua, etnis Uighur dan Han."(fq/wb)