Pekerjaan Baru di Maroko : Menjadi Da'i di Bis

Para anak muda Maroko telah menciptakan sebuah pekerjaan baru selama bulan suci Ramadhan ini yaitu sebagai "Dai atau penceramah di Bis". Pekerjaan kontroversial ini telah mendapatkan persejutuan para ulama dan namun mendapat kritikan dari peneliti sosiologi.

Model pekerjaan ini, sekelompok anak muda naik ke bis dan mulai menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan yang lainnya mendatangi satu persatu penumpang dengan menawarkan buklet dan kaset-kaset berisi ceramah agama dari dai-dai terkenal Maroko dan Arab untuk dijual. Kadang-kadang mereka membacakan bagian-bagian dari isi ceramah kepada para penumpang untuk membujuk supaya mau membeli barangan dagangan mereka.

Menjadi penceramah agama di bis mengikuti nasehat dari Nabi, di dalam hadits dikatakan bahwa semua umat Islam harus menyampaikan ajaran Islam, kata seorang dai Maroko Syaikh Mohamed al-Sahabi.

"Ketika mereka menyebarkan kaset dan buklet yang berisi ceramah dan nasehat-nasehat agama, mereka sedikit banyak telah menyampaikan ajaran Islam," katanya kepada Al Arabiya.

Sahabi menambahkan bahwa para pemuda itu bisa memiliki pengaruh yang lebih mendalam daripada kebanyakan orang yang hanya bisa berpikir – sedangkan mereka bisa membantu membimbing orang ke jalan yang benar.

"Satu ceramah agama bisa membuat seorang penjahat atau seorang pencuri bertobat dan meminta ampun kepada Tuham. Para dai juga akan mendapatkan pahala dari Allah atas upaya mereka dalam membimbing umat keajaran Islam."

Ketika ditanya apakah ada masalah dengan berceramah di bis, Sahabi menyangkal kalau ada masalah. Dia berpendapat bahwa menyampaikan firman Allah boleh di mana saja.

"Yang paling penting adalah bahwa mereka melakukannya ikhlas karena Allah dan Islam dan tidak untuk keserakahan atau bertujuan semata-mata hanya untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak layak."

Bagi penceramah Lahssen Abou Ewees, para anak muda yang berdakwah dengan berceramah di bis telah memanfaatkan jaman modern dengan beradaptasi dengan tuntutan dan perubahan.

"Seorang penceramah tidak mesti selalu harus berceramah di dalam masjid," katanya kepada Al Arabiya."Sebaliknya, berdakwah di dalam bis bisa lebih berpengaruh daripada di dalam masjid karena di dalam bis berbagai macam orang ada disana."

Di sisi lain, Idris Karam seorang sosiolog melihat berdakwah dengan berceramah di dalam bis sebenarnya murni bisnis dan berpendapat bahwa mayoritas para pemuda yang menjual buku dan kaset tidak mengerti isi apa yang mereka jual.

"Mereka hanya mempelajari bagian-bagian dari isi ceramah yang menarik hati mereka dan membacakan hal tersebut kepada para penumpang untuk membujuk para penumpang membeli barang dagangan mereka," katanya kepada Al Arabiya. "Merela melakukan ini hanya untuk mempromosikan barangan dagangannya."

Para penceramah tersebut memilih bis karena mereka bisa mendapatkan berbagai macam orang yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain dan hal itu akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, tambah Karam.

"Sebuah bis seperti sebuah komunitas kecil. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada pekerja dan ada yang pengangguran serta ada yang buta huruf dan adapula yang terpelajar."

Hal yang baik dengan berceramah di bis menurut Karam, karena bis merupakan tempat tertutup. Dan ini membuat lebih mudah mempengaruhi orang. Para penumpang juga tidak berpergian untuk waktu yang lama dengan menggunakan bis di dalam kota, jadi mereka tidak mendapat kesempatan untuk berpikir dahulu sebelum membeli.

Karam menolak untuk menamakan para anak muda tersebut sebagai seorang "pendakwah", karena menurut dia mereka belum layak dan tidak memenuhi persyaratan untuk berceramah.

"Seorang pendakwah atau penceramah harus mempunyai tempat khusus dan para jamaah tetap yang dapat kembali kapanpun mereka mau. Dan hal ini tidak berlaku untuk para penumpang bis."

Yah, setidak-tidaknya hal ini lebih baik daripada yang ada di Indonesia, cuman bermodal sedikit ayat-ayat Quran dan sholawat – meminta sumbangan kepada para penumpang bis. Yang kita sendiri tidak tahu, uang itu sendiri akan dipakai untuk apa. (fq/aby)