Mossad Mulai Gerilya untuk Selamatkan Muka Israel

Sumber-sumber di badan intelejen Israel mengatakan bahwa Mossad diam-diam sedang melobi intelijen Inggris, Prancis, Jerman dan Irlandia agar pemerintahan negara-negara itu bersikap lunak terhadap Israel dalam kasus pembunuhan Mahmoud Al-Mabhouh, komandan senior Hamas.

"Lobi itu mungkin tidak berhasil, melihat kemarahan yang ditunjukkan pemerintahan negara-negara itu. Tapi hanya proses musyawarah yang bisa membebaskan Israel dari sengatan tuduhan sebagai dalang pembunuhan itu," kata salah satu sumber di badan intelijen Israel, Mossad.

Israel masih memilih tutup mulut atas tuduhan sebagai dalang pembunuhan Al-Mabhouh setelah aparat berwenang di Dubai mengumumkan 11 orang tersangka pelaku pembunuhan, dimana enam diantaranya adalah warga negara Inggris-Israel.

Menguatnya indikasi bahwa agen-agen Mossad terlibat dalam pembunuhan Al-Mabhouh memicu spekulasi pemecatan pucuk pimpinan Mossad, Meir Dagan. Tapi sumber yang dekat dengan Dagan mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan tetap mempertahankan Dagan.

"Dagan tidak berencana untuk mundur sebelum masa jabatannya berakhir. Mengundurkan diri sama artinya mengakui bertanggung jawab atas pembunuhan itu," kata sumber tadi.

Masa jabatan Dagan, 64, selesai akhir tahun ini. Ia terpilih sebagai pimpinan Mossad pada tahun 2002 yang salah satu tugasnya adalah "menghabisi" musuh-musuh Israel di luar negeri dan Dagan memang dinilai sukses dalam melakukan operasi-operasi "pembersihan" terhadap tokoh-tokoh Hamas, Hizbullah, tokoh-tokoh negara Iran dan Suriah yang dianggap membahayakan Israel.

Nasib Dagan masih beruntung, tidak dipecat Netanyahu. Beda dengan pendahulunya, Danny Yatom yang disuruh mengundurkan diri setelah gagal membunuh pimpinan Hamas, Khaled Meshaal pada tahun 1997 di Yordania.

Ketika itu, Netanyahu menyetujui rencana Yatom untuk membunuh Meshaal dengan menggunakan racun. Tapi pembunuhan itu gagal. Agen mossad yang menggunakan identitas sebagai orang Kanada ditangkap oleh aparat Yordania setelah mencoba mencari perlindungan di kedutaan besar Israel di Amman. (ln/rts/Ynet)