Fatih Güler: Penyair Bisu Turki Meraih Penghargaan Sastra Internasional

Ia, lelaki yang tak memiliki kemampuan untuk berbicara, juga tak memiliki pengendalian yang utuh atas sendi-sendi tubuhnya. Ia lelaki cacat, yang hidup dalam kebisuan dan kesunyian. Baginya, tak ada kawan hidup yang lebih mengerti dan membahagiakan kecuali kesunyian itu sendiri, ditengah kebisuan dan kecacatan indera dan tubuhnya.

Meski demikian, ia tak lantas menyerah di hadapan kecamuk dan amuk hidup. Kebisuan bukan alasan untuk tidak bersyukur, berusaha, dan memiliki prestasi. Lelaki itu pun belajar untuk bisa membaca dan menulis, hingga ia mampu menulis beberapa buku kumpulan puisi. Hebatnya, baru-baru ini ia dinobatkan sebagai peraih penghargaan sastra internasional.

Tokoh utama dari kisah patriotik ini adalah seorang pemuda Turki, bernama Fatih Güler. Ia rajin merenung dan menulis, di tengah kesendirian dan kesunyian hidupnya. Tulisan-tulisannya menjelma dalam puisi-puisi yang sarat makna, begitu dalam, indah, juga menyentuh dan menggugah.

Baru-baru ini, Güler didapuk sebagai peraih "Çubuk Medal", sebuah penghargaan sastra bergengsi dan berkelas internasional, yang para calon pemenangnya pun merupakan jajaran sastrawan dan penyair besar dari Turki, Slovakia, Azerbaijan, Albania, China, dan beberapa negara lainnya.

Pasca penobatannya, Jum’at (1/1) kemarin Güler diwawancarai oleh kanal televisi Arab MBC I. Saat menjawab pertanyaan pun, Gular menulisnya lewat komputer. "Saya menyambut baik serta mengucapkan terimakasih kepada anda semua. Saya sampaikan salam kehormatan, kemuliaan, dan cinta kepada saudara-saudara saya dalam kemanusiaan di dunia Arab," tulisnya.

Ia lalu melanjutkan, bahwa "sangatlah picik dan mustahil rasanya ketika seorang manusia melarikan diri dari takdir buruk yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Selayaknya dia berusaha, untuk bisa merubah takdir tersebut menjadi lebih baik."

Güler sendiri mulai menderita lumpuh dan bisu ketika usianya beranjak lima tahun. Tapi Gular gemar berfikir dan merenung, dan ia tuangkan hasil renungan dan pemikirannya itu lewat bait-bait puisi. Hingga saat ini, khazanah susastra Turki telah menyimpan kurang lebih 135 kumpulan puisi Gular. Banyak dari puisi-puisi Gular yang dibacakan di beberapa kanal televisi dan radio, baik di Turki atau di belahan dunia lainnya.

Sang penyair Güler, yang kini berusia 32 tahun dan dilahirkan di bilangan Kars, Turki, belajar membaca dan menulis secara otodidak, dibantu oleh kedua orang tuanya yang dengan sepenuh hati terus menjaga dan memperhatikannya. Hal ini pulalah yang menjadikan Güler memiliki kepercayaan diri dan kekuatan lebih untuk terus hidup, serta lebih menonjol dari kawan-kawannya. (A. Ginanjar Sya’ban)