Dengan kondisi keadaan darurat sudah di terapkan, penembak jitu yang digunakan oleh pemerintah Yaman masih tetap menargetkan penduduk sipil dari atap-atap gedung.
Setidaknya 50 orang tewas pada hari Jumat saja (18/3), ketika para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk menyerukan diakhirinya pemerintahan tiga dekade Presiden Ali Abdullah Saleh, seorang koresponden Press TV melaporkan.
Setelah aksi protes damai, rezim Saleh meluncurkan penggerebekan besar-besaran terhadap warga Yaman sebelum menerapkan keadaan darurat.
Namun, keadaan darurat tidak menghentikan penembak jitu dari menargetkan para pengunjuk rasa.
"Protes hari Jumat kemarin telah menarik kerumunan massa terbesar di Lapangan Perubahan," lapor koresponden Press TV.
Uni Eropa, sementara itu, telah meminta Yaman untuk menghentikan tindak kekerasan.
"Saya terkejut dengan laporan yang datang dari Yaman. Saya telah berulang kali mengutuk penggunaan kekerasan terhadap demonstran di Sanaa dan kota-kota lainnya, dan hilangnya nyawa warga sipil," Kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton dalam sebuah pernyataan Jumat kemarin.
"Hak asasi manusia dan kebebasan mendasar harus sepenuhnya dihormati Presiden Ali Abdullah Saleh dan ia harus berdiri dengan komitmen untuk menegakkan HAM untuk aksi protes damai, saat ia mumkan pada tanggal 10 Maret lalu. Saya minta dia untuk menghentikan aksi kekerasan sekarang," Tambahnya.
Aksi Protes di Yaman dipicu setelah adanya revolusi rakyat di Tunisia dan Mesir mengirimkan gelombang Kebangkitan rakyat di seluruh wilayah.(fq/prtv)