Kekuatan international akan bertemu di London pada Selasa ini (29/3) dalam rangka untuk memetakan masa depan Libya pasca-Gaddafi, bersamaan dengan itu Perancis dan Inggris mendesak para pemberontak untuk memimpin terwujudnya demokrasi di Libya pasca Gaddafi.
Lebih dari 35 negara, termasuk tujuh negara-negara Arab, berkumpul pada saat pasukan pemberontak mendapat keuntungan yang dibuat aliansi barat dalam serangkaian serangan udara yang berhasil menghentikan pasukan pemerintah pro rezim di pinggiran kota tempat kelahiran Gaddafi, Sirte.
Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat telah sepakat bahwa perundingan di London harus mewujudkan bantuan dalam "transisi politik di Libya," kata sebuah pernyataan kepresidenan Prancis.
Dan dalam konferensi video pra-pertemuan dengan para pemimpin internsional Senin kemarin, Perdana Menteri David Cameron mengatakan dia berharap KTT ini akan memperkuat dan memperluas koalisi negara-negara yang berkomitmen untuk menerapkan resolusi PBB.
Kemudian masih di hari Senin, dalam sebuah pidato, Presiden Barack Obama memperingatkan bahwa kampanye militer untuk menggulingkan Muammar Gaddafi bisa mengulangi terjadinya pertumpahan darah dan penderitaan seperti di Irak.
Cameron dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy sebelumnya telah mengeluarkan seruan bersama agar Gaddafi mundur karena rezimnya telah benar-benar kehilangan legitimasi dan para pengikutnya harus berlepas diri dari Gaddafi "sebelum terlambat".
Mereka mendesak dewan pemberontak nasional Libya dan pemimpin masyarakat sipil untuk mengarahkan negara ini menuju negara demokrasi.
"Kami meminta semua warga Libya yang percaya bahwa Gaddafi memimpin Libya menjadi bencana untuk mengambil inisiatif sekarang untuk mengatur terjadinya proses transisi," kata para pemimpin Inggris dan Perancis.(fq/afp)