Kubu revolusioner Libya telah menolak tawaran pemilu dari putra penguasa Libya Muammar Gaddafi sebagai cara untuk menyelesaikan kebuntuan di negara itu.
"Kami mengatakan kepadanya (Saif al-Islam) bahwa waktu telah berlalu karena pasukan kami saat ini berada di pinggiran Tripoli, dan mereka akan bergabung dengan rakyat kami dan pasukan di sana untuk mencabut simbol korupsi dan tirani di Libya," kata Abdel Hafiz Ghoga, juru bicara untuk pasukan revolusioner, Reuters melaporkan.
Sebelumnya pada Kamis kemarin (16/6), putra Gaddafi mengatakan kepada surat kabar Italia Corriere della Sera di ibukota Libya Tripoli bahwa rezim yang diperangi siap untuk mengadakan pemilihan umum yang diawasi secara internasional dalam waktu tiga bulan.
Saif al-Islam menambahkan bahwa ayahnya akan melepaskan kekuasaan jika ia kalah dalam pemilihan umum. Namun, ia mengatakan kemenangan ayahnya dalam pemungutan suara sudah pasti akan terjadi dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana masih populernya Gaddafi di negaranya."
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menolak usulan Saif al-Islam tentang penyelenggaraan pemilu, dan mengatakan usulan itu agak terlambat disampaikan.
Sementara itu, utusan media Rusia ke Libya Mikhail Margelov mengatakan pada hari yang sama bahwa kubu revolusioner Libya melakukan negosiasi dengan rezim Gaddafi.
"Saya meyakinkan dalam negosiasi hari ini bahwa kontak langsung antara Benghazi dan Tripoli sudah berlangsung," kata Margelov di Tripoli setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Libya Al-Baghdadi Ali Al-Mahmoudi.(fq/prtv)