Bos Blackwater dan Misi Perang Salibnya di Irak

Blackwater, salah satu perusahaan jasa keamanan dan militer swasta AS terbesar ternyata bukan hanya memberikan layanan keamanan bagi para diplomat dan militer AS di Irak, tapi juga melakukan misi "perang salib" dengan target warga Muslim Irak.

Ini terungkap di persidangan kasus pembunuhan yang dilakukan personel Blackwater di Irak di pengadilan Virginia, AS hari Senin (3/8) malam kemarin. Pendiri Blackwater, Erik Prince bukan hanya dikenakan sejumlah tuduhan mulai dari pembunuhan, penyelundupan senjata dan pembantaian warga sipil di Irak, tapi juga dituduh sebagai otak "perang salib" itu. Bukan cuma itu, Prince juga membunuh anggotanya sendiri yang dicurigai bekerjasama dengan aparat hukum di AS.

Adalah dua personel Blackwater sendiri yang mengungkapkan di pengadilan bahwa Prince telah mengarahkan pasukan Blackwater di Irak untuk "menghabisi" warga Muslim Irak. Kedua personel Blackwater oleh pengadilan disebut John Doe 1 dan John Doe 2 demi keamanan keduanya.

Dalam sebuah pernyatannya, John Doe 2 yang sudah bekerja selama empat tahun di Blackwater mengungkapkan bahwa Prince menganggap dirinya sebagai tentara perang salib Kristen yang bertugas melenyapkan orang-orang Islam dan agama Islam dari muka bumi. Untuk itu, Blackwater-perusahaan yang didirikannya-mendorong dan memberikan penghargaan bagi mereka yang bersedia menghancurkan kehidupan Islami di Irak.

Dalam pernyataannya, John Doe 2 juga mengatakan bahwa Prince sengaja mengerahkan personel Blackwater yang satu pemikiran dengannya tentang supremasi Kristen dan bersedia membunuh setiap Muslim di Irak. Personel-personel itu, kata John Doe 2, menggunakan kode panggilan yang diambil dari kelompok Knights Templar. Ia juga mengungkapkan bahwa Blackwater kerap menggunakan istilah-istilah yang bernuansa rasis dalam operasi yang dilakukannya.

Keterangan dari para personel Blackwater itu diajukan ke pengadilan oleh kuasa hukum yang mewakili 60 warga sipil Irak, yang menggugat Blackwater ke pengadilan AS atas tuduhan melakukan pembunuhan terhadap warga sipil di Irak.

Namun pihak Blackwater menolak semua tuduhan itu dan menyatakan akan menggugat balik pihak yang melontarkan tuduhan tersebut.

Blackwater merupakan perusahaan jasa militer swasta yang disewa Pentagon dan Departemen Luar Negeri untuk mengamankan konvoi dan diplomat AS di Irak. Namun para personel Blackwater ternyata bikin ulah dan terlibat dengan berbagai kasus kriminal di Irak antara lain pembunuhan dan pembantaian terhadap warga sipil Irak, narkotika sampai prostitusi anak-anak. Karena dianggap mencoreng citra AS dan militernya di Irak, pemerintah AS akhirnya memutus kontrak kerjasama dengan Blackwater pada bulan Mei lalu dan Blackwater harus kehilangan kontrak senilai jutaan dollar dari departemen luar negeri AS. (ln/timesol)