Bentrokan Kembali Pecah di Al-Khalil, Pasukan Zionis Anarkis

Aksi protes warga Palestina memprotes rencana pembangunan 1.600 rumah baru untuk pemukim Yahudi lagi-lagi direspon dengan kekerasan oleh polisi Israel sehingga memicu bentrokan, kali ini terjadi di kota Al-Khalil (Hebron), Tepi Barat.

Aparat keamanan Israel menembakan gas-gas airmata ke arah ratusan warga Palestina yang sedang berunjuk rasa setelah menunaikan Salat Jumat, yang dibalas dengan lemparan batu.

Laporan Al-Jazeera menyebutkan, ketegangan yang berubah menjadi konfrontasi terbuka antara warga Palestina dan aparat Israel meningkat sepekan ini, setelah rezim Zionis mengumumkan akan membangun 1.600 unit rumah baru di Yerusalem Timur (Al-Quds) untuk para pemukim Yahudi.

Terjadi beberapa kali bentrokan sengit antara tentara-tentara Israel dan para pemuda Palestina yang menolak rencana ekspansi itu. Pasukan Zionis, menurut Al-Jazeera menembakan gas-gas air mata dengan jumlah yang sangat banyak, bahkan sulit dipercaya bahwa gas-gas airmata sebanyak itu digunakan untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Akibatnya, banyak korban luka akibat tindakan anarkis pasukan Zionis terhadap warga Palestina yang protes.

Di kota Al-Khalil terdapat 160.000 warga Muslim Palestina dan hanya terhadap 500 warga Israel dan Yahudi yang hidup di sebuah pemukiman kecil di tengah kota itu. Pemukiman Yahudi itu dijaga ketat oleh tentara-tentara Israel.

Bentrokan juga terjadi di desan Bilin dan Nilin, tempat warga Palestina melakukan protes setiap minggunya, menentang pembangunan tembok pemisah Israel. Yerusalem Timur, juga masih diselimuti ketegangan karena tentara Zionis tidak mengizinkan warga Palestina berusia dibawah 50 tahun masuk ke Masjid Al-Aqsa, ditambah lagi dengan tindakan provokasi Israel yang membuka kembali sinagog tua dari abad ke-17 yang terletak di dekat kompleks Masjid Al-Aqsa.

Seruan Tim Kwartet

Sementara itu, tim kwartet-tim negosiasi perdamaian Israel-Palestina-yang terdiri dari AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa mengecam rencana Israel membangun ribuan rumah baru di Yerusalem Timur dan menyerukan agar Israel menghentikan pembangunan pemukimannya di tanah Palestina.

Tim Kwartet menyerukan penghentian itu setelah melakukan pertemuan di Moskow, Rusia untuk membahas ketegangan yang terjadi di Palestina akibat ulah Israel. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon ikut membacakan pernyataan bersama Tim Kwartet yang isinya "mendesak rezim Israel untuk membekukan semua aktivitas pemukimannya".

Dalam pernyataan bersama itu, Tim Kwartet juga mengecam "keputusan Israel untuk merencanakan pembangunan rumah-rumah baru di Yerusalem Timur".

Sekjen PBB mengatakan bahwa negosiasi antara Israel dan Palestina harus menghasilkan resolusi konflik dalam waktu 24 bulan. Dalam kesempatan itu, Ban Ki-Moon juga mengungkapkan keprihatinannya atas situasi yang terjadi di Jalur Gaza. Namun Ban maupun Tim Kwartet tidak menyinggung soal sanksi atau tekanan yang akan dilakukan terhadap Israel jika rezim Zionis itu tidak mematuhi desakan mereka. (ln/aljz)