eramuslim.com – Nama Bilal Philips sedang menjadi pembicaraan di kalangan parlemen dan politisi Denmark, terkait rencana kedatangan cendekiawan muslim itu ke Denmark untuk menjadi pembicara dalam konferensi yang digelar organisasi pemuda komunitas muslim di Denmark.
Sejumlah anggota parlemen dan politisi di negeri itu merasa resah dengan rencana kedatangan Philips karena menganggap Philips adalah seorang tokoh muslim garis keras. Negara Inggris dan Australia, memang melarang Philips masuk ke kedua negeri itu, karena ceramah-ceramah keagamaan Philips yang dinilai menghasut orang untuk melakukan kekerasan.
Philips dalam salah satu rekaman video ceramahnya juga pernah mengatakan bahwa penyakit AIDS adalah hukuman tuhan untuk para homoseksual dan ia mengusulkan hukuman mati bagi kaum homoseksual. Di rekaman video lainnya, Philips membela aksi bunuh diri, dan menyebut serangan bunuh diri sebagai senjata perang yang sah.
Siapa sebenarnya Bilal Philips yang bergelar doktor itu dan apa latar belakangnya sehingga ia dicap sebagai cendikiawan muslim garis keras oleh negara-negara Barat?
Mantan “Dewa” Gitar
Perjalanan hidup Philips atau lengkapnya Doktor Abu Ameenah Bilal Philips hingga menjadi seorang cendekiawan muslim yang cukup disegani saat ini, ternyata sangat menarik. Pria kelahiran Jamaika dan besar di Kanada itu, adalah seorang mualaf dan sebelum menjadi seorang muslim, ia berprofesi sebagai musisi atau tepatnya seorang gitaris profesional.
“Ketika saya kuliah di Universitas Simon Frasier di Vancouver, Kanada, saya memainkan gitar dalam pertunjukan musik di klub-klub malam. Ketika saya tinggal di Malaysia, saya tampil di panggung-panggung dan dikenal sebagai Jimmy Hendrix-nya Sabah di Malaysia Timur,” tutur Philips pada Gulf Today.
“Tapi, begitu saya menjadi seorang muslim, saya merasa tidak nyaman melakukan itu semua, dan saya memutuskan berhenti main musik secara pribadi maupun secara profesional,” lanjutnya.
Philips memutuskan masuk Islam pada tahun 1972. Proses masuk Islamnya pun terbilang cukup singkat, hanya enam bulan saja setelah membaca buku-buku Islam dan berdiskusi tentang Islam.
Setahun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Philips mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
“Saya ingin belajar Islam dari sumber-sumber klasiknya, dan bukan mengambil dari praktik-praktik budayanya,” kata Philips.
Ia lalu melanjutkan pendidikan ke Universitas Riyadh. Sambil menyelesaikan kuliah untuk meraih gelar MA-nya, Philips menjadi menyiapkan dan menjadi pembawa acara “Why Islam” di stasiun televisi Saudi, Channel Two. Acara itu berupa program wawancara dengan para mualaf dari berbagai latar belakang, untuk mengetahui alasan mereka memilih masuk Islam.
Ia juga melakukan riset dan menuangkannya dalam buku-bukunya antara lain berjudul “Polygamy in dalam Islam” dan “Fundamentals of Islamic Monotheism”.